Kisah Hidup Seorang David Villa
Di laga final piala dunia 2010, jutaan
pasang mata menjadi penikmat laga yang mempertemukan kesebelasan spanyol
dan belanda. Diantara jutaan tersebut, terdapat sepasang mata yang
mungkin akan haru dan bangga. Mata itu milik seorang pria bekas pekerja
tambang bernama Jose Manuel Villa. Nama ini istimewa karena ia adalah
ayah dari David Villa.
David Villa, sang anak, kini adalah
bintang. Diperhelatan piala dunia Afsel 2010 ini sulit membayangkan
sepak terjang tim spanyol tanpa pemain yang kini merumput di klub
barcelona itu. Dari 7 gol jumlah gol keseluruhan tim spanyol, 5 biji
diantaranya dilesakkan pemain yang dilepas klub lamanya Valencia dengan
banderol sebesar 40 juta euro itu.
Kesuksesan David Villa hingga hari ini
ternyata bukanlah berkah yang tiba-tiba muncul. Sebagaimana kisah banyak
orang sukses, perjuangan Villa menapak kebintangannya juga diwarnai
berbagai lika-liku. Dan catatan perjalanan karir pemain klub Barcelona
itu menunjukkan bahwa ayahnya adalah sosok yang vital.
David Villa terlahir pada 3 Desember
1981 dalam sebuah keluarga yang terbilang miskin. Ayahnya Jose Manuel
Villa hanyalah seorang pekerja tambang.
Kegandrungan pemain bernama lengkap
David Sanchez Villla ini pada permainan sepakbola telah dimulai semenjak
ia kecil. Adalah ayahnya yang memperkenalkan dan mengajarkannya pada
permainan bola sepak itu. Kegandrungan itupula yang nyaris membuat villa
mengalami tragedi sehingga nyaris di amputasi.
Ketika suatu hari villa yang masih
berumur 4 tahun bermain bola dengan orang yang lebih besar, tanpa
sengaja pahanya terinjak dan mengakibatkan tulang paha Villa kecil patah
dengan mengerikan. Dokterpun sempat putus asa dan menyarankan agar kaki
Villa diamputasi.
Namun begitulah, David Villa memang
seolah telah ditakdirkan menjadi bintang. Ia kemudian tak jadi
diamputasi. Hanya saja kaki kanan yang patah tulang itu harus dibalut
dengan gips selama enam bulan. Rupanya masa parah itu menjadi salah satu
bagian yang menegaskan keuletan seorang calon bintang. Ketika kaki
kanannya di gips, ayahnya terus melatih kaki kiri Villa.
Latihan itu berlangsung selama dua jam
setiap harinya setelah ayahnya pulang dari bekerja tambang. Latihan
inilah, yang menurut sang ayah, menjawab pertanyaan mengapa kaki kiri
dan kanan Villa menjadi momok bagi pemain lawan. Berbagai pertandingan
kemudian membuktikan bahwa kedua kaki itu dapat mencetak gol sama
baiknya. Berbeda dengan beberapa pemain yang kemampuan antara kaki kiri
dan kanannya begitu jomplang. Semisal Arjen Robben, yang begitu digjaya
menendang dan memainkan bola dengan kaki kirinya, tapi tidak demikian
dengan kaki kanannya. Cobalah anda perhatikan sendiri.
Semangat David Villa untuk bermain
sepakbola juga tak lepas dari dorongan ayahnya yang sangat bersemangat
melatih dan memotivasi diri pemain yang menjadi top skorer euro 2008
ini. Villa sendiri juga kian giat berlatih manakala melihat ayahnya
pulang dengan kepayahan sehabis bekerja dipertambangan. Ia bertekad
mengubah hidup keluarganya dengan jalan menjadi bintang sepakbola.
Sebuah cita-cita yang didukung penuh oleh ayahnya.
Perlahan David Villa mulai dikenal
sebagai pemain berbakat dan piawai memainkan sik ulit bundar. Meski
begitu, ia tak begitu saja diterima bermain diklub kotanya yakni Oviedo.
Tak berputus asa, sang ayah (lagi-lagi ayahnya) kemudian membawanya ke
klub rival sekota Oviedo yakni Sporting Gijon. Disinilah keterampilan
Villa semakin terasah. Tak lama kemudian ia bermain untuk Real Zaragoza.
Permainan ciamiknya di klub ini membuat bintang pemain ini mulai terang
benderang. Ia lalu pindah ke klub Valencia.
Pijar kebintangan pemain bertinggi badan
175 cm ini pun semakin terang benderang. Turnamen sekelas euro 2008
berhasil dilaluinya dengan memanen kesuksesan besar. David Villa menjadi
top skorer dan menjadi bagian penting dari kesuksesan Spanyol merenggut
gelar jawara Eropa saat itu.
Begitulah kisah David Villa. Usaha,
kerja keras dan dukungan keluarga menjadi salah satu faktor kunci
kesuksesan pemain yang kini bergelimang prestasi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar