Barcelona : Musim lalu, 2012-2013, jawara La Liga
Barcelona meraup keuntungan bersih sebesar 32 juta euro atau sekitar Rp
424 miliar. Namun, dalam proses penjualan strikernya David Villa ke
Atletico Madrid yang total fee transfernya berjumlah 5,1 juta euro, Los Blaugrana merugi 8,3 juta euro atau sekitar Rp 110 miliar.
Hal itu diungkapkan Wakil Presiden yang membidangi urusan Ekonomi dan
Strategis, Javier Faus Santasusana, dalam konferensi persnya pada
Selasa, 23 Juli 2013. Menurut Javier Faus, pendapatan di musim 2012-2013
naik 21 juta euro dari musim sebelumnya (2011-2012), menjadi total
sebesar 491 juta euro, dimana keuntungan kotor mencapai 44 juta euro,
rapor finansial terbaik kedua sepanjang sejarah klub. Terkait soal Villa, Javier Faus mengungkapkan salah satu alasan di
balik keputusan klub untuk melegonya di bursa transfer musim panas ini.
Javier Faus membenarkan jika penyebabnya adalah gaji Villa yang dari
musim ke musim semakin membubung sesuai dengan kontrak kerja yang
ditekennya pada 19 Mei 2010. Saat itu, Barca memboyong Villa ke Camp Nou dari Valencia dengan total fee 40 juta euro (Rp 530 miliar). Villa meneken kontrak empat musim. Musim ini sejatinya merupakan musim terakhir Villa berkostum Los Blaugrana.
Dalam pembukuan klub, harga Villa pada musim panas ini berkisar 10,8
juta euro. Merujuk perjanjian jual beli dengan Los Rojiblancos yang
hanya membayar 2,5 juta euro di tahun pertama, maka Barca merugi 8,3
juta euro. “Dari sisi ekonomi, terkait penjualan Villa, kami tak
meraup keuntungan sebagaimana mestinya. Sebab, masalah yang terbesar
bagi klub adalah gajinya. Villa adalah tipe pemain yang menuntut gaji
tinggi dan besarannya terus membengkak tiap tahun. Hal seperti itu tidak
dapat kami hindari. Akan tetapi, jika ia dilego pada Januari, maka
Barca tidak akan mendapat fulus satu sen pun. Jadi, setidaknya penjualan
tersebut bisa dikatakan cukup berhasil secara ekonomi,” ungkap Javier
Faus. (Marca)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar